Workshop Pengelola Jurnal – Strategi Mengelola Jurnal Menuju Akreditasi Tingkat Lanjut

Workshop Pengelola Jurnal – Strategi Mengelola Jurnal Menuju Akreditasi Tingkat Lanjut

Sebagai bentuk komitmen untuk meningkatkan kualitas publikasi ilmiah, LPPM Universitas Adzkia mengadakan Workshop Pengelola Jurnal pada 23 April 2025. Kegiatan ini menghadirkan Bapak Ikhwan Arief, S.T., M.Sc., dosen Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Andalas, sebagai narasumber utama.

Dalam sesi pembukaannya, Bapak Ikhwan menekankan pentingnya membangun fondasi pengelolaan jurnal yang kuat sejak awal. “Jika ingin jurnal kita dikenal secara internasional, jangan setengah-setengah dalam persiapannya. Bidik langsung target yang tinggi, seperti indeks Scopus, agar arah pengembangan jurnal lebih jelas,” tegasnya.

Membedah Pengelolaan Jurnal dari 0

Bapak Ikhwan membahas struktur organisasi pengelola jurnal secara detail. Menurutnya, keberadaan Editor-in-Chief sebagai pengambil keputusan akhir sangat vital, sementara Managing Editor bertugas mengatur alur kerja harian jurnal dan menjadi penghubung komunikasi antar pihak. Section Editor bertanggung jawab terhadap naskah di bagian spesifik, memilih reviewer, dan memberikan rekomendasi. Adapun reviewer berperan dalam menelaah naskah, memberikan umpan balik, dan menentukan apakah naskah perlu direvisi atau ditolak. Ia menambahkan bahwa peran seperti copyeditor, layout editor, dan proofreader bersifat opsional, namun kehadirannya akan menambah kualitas akhir publikasi.

Catatan Penting Pengelolaan Jurnal

Dalam sesi materi, Bapak Ikhwan membagikan berbagai wawasan penting terkait strategi pengelolaan jurnal. Ia menegaskan bahwa pengelolaan jurnal harus dilakukan secara serius sejak awal. “Jangan tanggung menyiapkan jurnal. Dari awal, arahkan untuk bisa masuk Scopus agar semua sistem dan proses editorial tertata rapi,” ujarnya. Salah satu syarat penting adalah penggunaan bahasa Inggris pada artikel. Dengan demikian, karya yang dipublikasikan dapat dibaca oleh audiens internasional dan meningkatkan peluang sitasi.

Beliau juga menekankan bahwa kualitas jurnal tidak hanya ditentukan oleh judul atau tampilan, tetapi oleh kredibilitas editor dan reviewer. Oleh karena itu, tim editorial perlu melibatkan reviewer dari luar negeri dan penulis dari berbagai institusi. Untuk akreditasi, jurnal bisa didaftarkan ke Scopus kapan saja jika sudah siap. “Setiap penolakan dari reviewer luar negeri adalah pelajaran berharga yang akan meningkatkan kualitas jurnal kita,” lanjutnya.

Selain itu, Bapak Ikhwan memandang jurnal ilmiah sebagai sebuah “bisnis penerbitan” yang harus memiliki strategi keberlanjutan. Fokus dan cakupan jurnal harus dinamis mengikuti tren keilmuan yang sedang berkembang. Dalam konteks akreditasi, ia menjelaskan bahwa untuk masuk DOAJ (Directory of Open Access Journals), sebuah jurnal minimal sudah berjalan selama satu tahun dengan 11 artikel dan afiliasi dari minimal tiga kampus. Sedangkan untuk Arjuna, dibutuhkan minimal dua tahun penerbitan rutin dengan kualitas yang konsisten.

Bapak Ikhwan juga menekankan pentingnya membangun kolaborasi dengan kampus luar negeri, misalnya dengan pertukaran publikasi atau reviewer. Ia menambahkan bahwa artikel pengabdian masyarakat tidak harus dipublikasikan di jurnal yang berjudul “pengabdian masyarakat,” tetapi justru lebih baik dimuat di jurnal umum dengan dukungan data keuangan dan bukti pelaksanaan.

Roadmap dan Strategi

Narasumber kemudian memaparkan roadmap pengembangan jurnal. Tahapan awal dimulai dari penentuan nama jurnal yang kuat secara branding, pembentukan tim pengelola yang profesional, serta penerbitan rutin minimal 11 artikel per volume. Setelah itu, jurnal perlu mengurus ISSN, kemudian mendaftar ke DOAJ, Garuda, Arjuna, hingga akhirnya mengajukan akreditasi SINTA, Scopus, atau WoS. Dalam memilih nama jurnal, beliau menyarankan untuk mengambil kata-kata kunci yang relevan dengan Sustainable Development Goals (SDG’s) atau terminologi bidang ilmu yang sedang tren, dengan nama yang sederhana dan mudah diingat.

Selain roadmap, Bapak Ikhwan juga membagikan panduan teknis alur kerja editorial. Mulai dari naskah masuk melalui OJS, peninjauan oleh Editor-in-Chief, penugasan ke Section Editor, pemilihan reviewer, hingga keputusan akhir untuk menerima, merevisi, atau menolak naskah. Ia menegaskan bahwa Letter of Acceptance (LoA) seharusnya diberikan hanya setelah proses review selesai, bukan pada saat pengiriman naskah awal.

Antusiasme Peserta

Diskusi dalam workshop ini berlangsung interaktif. Banyak pengelola jurnal Universitas Adzkia yang bertanya mengenai strategi menghadapi keterbatasan naskah, cara promosi jurnal, serta kiat memperkuat tim editorial. Bapak Ikhwan memberikan contoh kasus nyata dan solusi praktis, termasuk bagaimana menghidupkan kembali jurnal yang sempat berhenti terbit, serta pentingnya analitik web untuk memantau pengunjung dan meningkatkan daya tarik jurnal.

Dengan workshop ini, pengelola jurnal Universitas Adzkia diharapkan dapat lebih siap menghadapi tantangan pengelolaan jurnal ilmiah dan merancang strategi menuju akreditasi nasional maupun internasional.